STRESS DI TEMPAT
KERJA
Pengertian Stress
Stress berasal dari bahasa Latin stringer
yang berarti menarik secara kencang. Dalam ilmu fisika dan teknik telah
diketahui secara luas bahwa tekanan akan menghasilkan ketegangan dan akhirnya
menyebabkan sesuatu bisa patah/retak. Sebagai contoh, tali yang ditarik dari
dua ujungnya (misal dalam lomba tarik tambang) akan mengalami tekanan dan bisa
putus. Konsep inilah yang kemudian diadopsi oleh para behavioral scientist
untuk menjelaskan konsep stress. Ivancevich and Matteson misalnya secara
sederhana menyatakan bahwa stress merupakan interaksi antara individu dengan
lingkungan. Stress juga sering didefinisikan sebagai respon tidak spesifik dari
tubuh manusia terhadap lingkungan eksternal. Dua pernyataan ini menegaskan bahwa sebab musabab
munculnya stress karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya
yang ditindaklanjuti oleh respon individual terhadap interaksi tersebut.
Penjelasan ini sekaligus menandaskan bahwa stress merupakan fenomena
individual, bukan fenomena kelompok atau organisasional meski kelompok dan
organisasi merupakan penyebab terjadinya stress.
Ivancevich and
Matteson memberikan definisi operasional tentang stress sebagai berikut:
stress adalah respon
adaptif, yang dimediasi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis,
sebagai akibat dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal yang memberi
tekanan berlebihan baik secara psikologis maupun fisik terhadap diri seseorang.
Interpretasi dari
definisi diatas adalah ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan
menganggap lingkungan tersebut memberikan tekanan berlebihan pada dirinya
sehingga mengganggu keseimbangan psikologis maupun fisiologis maka orang
tersebut akan melakukan reaksi atau respon guna menyeimbangkan kembali aspek psikologis
dan fisiologis yang terganggu. Respon adaptif inilah yang dipahami sebagai
stress. Dengan demikian stress sesungguhnya bersifat generik, bisa terjadi
kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja selama ada interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya.
Dari
definisi-definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, Luthan kemudian menyimpulkan
bahwa stress adalah sebuah respon
adaptif terhadap situasi eksternal yang berakibat pada penyimpangan / deviasi
fisik, psikologis dan atau prilaku bagi pelaku organisasi.
Beberapa catatan penting berkaitan dengan stress
adalah sebagai berikut.
1.
Stress bukan semata-mata
kecemasan.
2.
Stress bukan semata-mata
ketegangan syaraf.
3.
Stress tidak selamanya berakibat
buruk atau merusak. Hubungan antara stress dengan kinerja dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Gambar 3.13: Hubungan antara stress dengan
kinerja
4.
Stress bukan suatu kejadian yang
harus dihindari.
5.
Sederhananya, setiap orang tidak
akan pernah terhindar sama sekali dari stress, hanya orang yang sudah meninggal
dunia yang bisa terhindarkan.
Stress di Tempat Kerja
Kreitner and
Kinicki membuat model stress di tempat kerja sebagaimana tampak pada gambar.
Secara umum model stress di tempat kerja melibatkan stressor potensial
(keterangan gambar 1 sampai 4), proses terjadinya stress (keterangan gambar 5
sampai 7) dan hasil atau akibat dari stress (keterangan gambar 8 sampai 11).
|
|
|
|||
|
|||
|
|||
|
|||
Ketrangan gambar:
1. Level
individu 7. Strategi
mengatasi stress
2. Level kelompok 8. Sikap kerja
3. Level
organisasi 9.
Keprilakuan
4. Level diluar
organisasi 10.Kognitif
5. Penilaian
kognitif 11.Fisik
6. Moderator
Gambar 3. 14 : Model stress di tempat kerja
Sumber : Kreitner and Kinicki, halaman 693
Dalam gambar
ditunjukkan bahwa faktor-faktor yang potensial menyebabkan stress (stressor)
dapat dikelompokkan menjadi empat (4) yaitu level individu, kelompok,
organisasi dan faktor diluar organisasi. Seseorang yang berhadapan dengan salah
satu atau keempat faktor ini akan mempersepsi dan menilai apakah faktor-faktor
tersebut betul-betul menekan dirinya atau tidak. Penilaian seseorang terhadap
stressor tentunya dipengaruhi atau dimoderatori latar belakang individu
masing-masing. Selanjutnya, jika menurut dirinya stressor benar-benar menekan
dirinya maka orang bersangkutan akan meresponnya dengan berbagai strategi untuk
menagatasi stress. Berhasil tidaknya orang tersebut mengatasi stress pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap aspek-aspek psikologis atau sikap orang
bersangkutan, prilaku, aspek kognitif dan atau aspek fisiknya. Uraian berikut
akan menjelaskan secara lebih detail masing-masing komponen.
Stressor.
Stressor adalah semua faktor lingkungan yang berada
diluar diri seseorang yang berdampak pada timbulnya stress. Atau seperti
dikatakan Greenberg and Baron, stressor adalah semua bentuk tuntutan, baik
fisiologis maupun psukologis, yang dihadapi seseorang dalam menjalani
kehidupannya. Dengan kata lain, stressor adalah sebuah prasyarat terjadinya stress.
Untuk mengetahui tingkat stress yang dialami seseorang yang disebabkan karena
kejadian-kejadian diluar diri seseorang, Thomas H. Holmes and Richard R. Rahe
pada tahun 1967, seperti dimuat pada Journal of Psychomatic Research volume II,
membuat daftar kejadian yang menimbulkan stress. Daftar ini kemudian dikenal
sebagai Holmes Rahe Stress Scale (baca
pada halaman 3.49 dan 3.50).
Penilaian
seseorang terhadap stressor
Secara umum
penilaian terhadap stressor dibedakan menjadi dua yaitu primary appraisal dan
secondary appraisal. Yang dimaksud dengan primary appraisal adalah
penilaian seseorang terhadap stressor
yang menghasilkan tiga kemungkinan hasil yakni: stressor dianggap tidak
relevan, stressor dianggap positif atau stressor dianggap penyebab stress. Bagi
seseorang yang menganggap stressor tidak relevan berarti dia sama sekali tidak
terpengaruh oleh stressor. Sementara itu, mereka yang beranggapan bahwa
stressor merupakan tuntutan yang positif justru akan menyambut gembira tuntutan
tersebut. Bagi kelompok orang ini stress justru memberi kesempatan bagi dirinya
untuk berkinerja lebih baik. Terakhir, mereka yang beranggapan bahwa stress
memberi dampak negatif bagi dirinya merupakan kelompok yang akan meresponnya
dan mencoba mengatasi stress tersebut.
Secondary appraisal yaitu
penilaian lanjutan setelah dilakukan penilaian tahap pertama. Meski demikian
secondary appraisal tidak akan dilakukan jika pada tahap awal stressor dianggap
tidak relevan atau positif. Dengan kata lain, secondary appraisal akan
dilakukan jika, dan hanya jika, stressor dianggap sebagai penyebab stress.
Dengan demikian pada secondary appraisal
dilakukan penilaian terhadap berbagai kemungkinan yang bisa dilakukan untuk
mengurangi tingkat stress.
Strategi
mengatasi stress (coping strategy)
Strategi mengatasi
stress (coping strategy) adalah semua bentuk perilaku dan atau pengetahuan seseorang yang bisa
digunakan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stress. Secara umum strategi
mengatasi stress bisa dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: (1) strategi
mengendalikan stress (control strategy) yaitu upaya yang dilakukan
secara langsung untuk mengantisipasi atau mengatasi persoalan stress. (2)
strategi menghindari stress (escape strategy) yakni menghindari
atau mengabaikan masalah yang menimbulkan stress. Jika anda secara pasif mau
menerima situasi yang menimbulkan stress atau anda mengindari konfrontasi
secara langsung misalnya dengan karyawan yang sangat menjengkelkan maka upaya
anda disebut sebagai escape strategy, (3) strategi mengelola gejala
stress (symptom management strategy) adalah upaya mengatasi
stress dengan cara melakukan relaksasi, meditasi, atau olahraga.
Moderator
Moderator adalah
variabel yang bisa memperkuat atau sebaliknya memperlemah hubungan antara
stressor, stress dan dampak dari stress. Seperti telah dijelaskan dimuka,
terjadi atau tidaknya stress sangat bergantung penilaian seseorang terhadap
stressor. Artinya, stresssor yang sama pada waktu berlainan boleh jadi akan
direspon dengan cara yang berbeda oleh orang yang sama. Perbedaan dalam cara
merespon stressor tersebut disebabkan karena adanya variabel-variabel lain yang
mendukung atau menghambat cara seseorang merespon stresssor.
Tipikal moderator
yang bisa menjembatani hubungan antara stressor, stress dan dampaknya,
diantaranya adalah.
1.
Dukungan sosial. Yang dimaksud
dengan dukungan sosial adalah anggapan seorang karyawan bahwa dirinya
memperoleh bantuan – moral dan sosial dalam mengatasi berbagai macam persoalan
pekerjaan.
2.
Jenis moderator kedua adalah
ketabahan atau keteguhan hati. Stress karena pekerjaan sesungguhnya bisa
dinetralisir dengan sekumpulan kepribadian yang disebut hardiness –
keteguhan atau ketabahan. Keteguhan atau ketabahan adalah kemampuan seseorang
untuk mengubah persepsi atau prilaku terhadap negative stressor menjadi positive
stressor atau mengubah lingkungan penyebab stress menjadi lingkungan yang
memberi peluang untuk berkembang. Dimensi-dimensi kepribadian yang terkait
dengan hardiness adalah komitmen, internal locus of control dan kemauan
menerima tantangan.
3.
Jenis moderator ketiga adalah
kepribadian Tipe A vs. Tipe B. Karakteristik manusia dengan kepribadian Tipe AA
adalah tipikal orang yang memiliki “penyakit segera – hurry sickness” –
segera ingin menyelesaikan pekerjaan, segera ingin mengerjakan pekerjaan lain
dan kalau perlu dua atau tiga pekerjaan dikerjakan sekaligus, segera ingin
melihat hasil kerjanya dan segera segera lainnya. Sebaliknya, orang yang tidak
terburu-buru, sedikit agak santai, dan tidak ambisius dikategorikan sebagai
orang dengan kepribadian Tipe B.
Manajemen
Stress
Mengingat dampak negatif stress sangat besar
namun di saat yang sama stress sesungguhnya tidak perlu dihindari atau ditakuti
maka langkah terbaik berkaitan dengan stress adalah mengelola stress itu
sendiri yang disebut sebagai manajemen stress. Pada dasarnya manajemen stress
merupakan upaya sistematis baik upaya yang bersifat proactive maupun reactive
untuk mengurangi negative stress. Upaya tersebut bisa dilakukan secara
individual maupun or
Tidak ada komentar:
Posting Komentar