SEMESTER 1

Rabu, 25 Maret 2015

STRESS DI TEMPAT KERJA (INISIASI 3b)

STRESS DI TEMPAT KERJA
Pengertian Stress
Stress berasal dari bahasa Latin stringer yang berarti menarik secara kencang. Dalam ilmu fisika dan teknik telah diketahui secara luas bahwa tekanan akan menghasilkan ketegangan dan akhirnya menyebabkan sesuatu bisa patah/retak. Sebagai contoh, tali yang ditarik dari dua ujungnya (misal dalam lomba tarik tambang) akan mengalami tekanan dan bisa putus. Konsep inilah yang kemudian diadopsi oleh para behavioral scientist untuk menjelaskan konsep stress. Ivancevich and Matteson misalnya secara sederhana menyatakan bahwa stress merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan. Stress juga sering didefinisikan sebagai respon tidak spesifik dari tubuh manusia terhadap lingkungan eksternal. Dua pernyataan ini menegaskan bahwa sebab musabab munculnya stress karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya yang ditindaklanjuti oleh respon individual terhadap interaksi tersebut. Penjelasan ini sekaligus menandaskan bahwa stress merupakan fenomena individual, bukan fenomena kelompok atau organisasional meski kelompok dan organisasi merupakan penyebab terjadinya stress.
Ivancevich and Matteson memberikan definisi operasional tentang stress sebagai berikut:
stress adalah respon adaptif, yang dimediasi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis, sebagai akibat dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal yang memberi tekanan berlebihan baik secara psikologis maupun fisik terhadap diri seseorang.
Interpretasi dari definisi diatas adalah ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan menganggap lingkungan tersebut memberikan tekanan berlebihan pada dirinya sehingga mengganggu keseimbangan psikologis maupun fisiologis maka orang tersebut akan melakukan reaksi atau respon guna menyeimbangkan kembali aspek psikologis dan fisiologis yang terganggu. Respon adaptif inilah yang dipahami sebagai stress. Dengan demikian stress sesungguhnya bersifat generik, bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja selama ada interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, Luthan kemudian menyimpulkan bahwa stress adalah sebuah respon adaptif terhadap situasi eksternal yang berakibat pada penyimpangan / deviasi fisik, psikologis dan atau prilaku bagi pelaku organisasi.

Beberapa catatan penting berkaitan dengan stress adalah sebagai berikut.
1.      Stress bukan semata-mata kecemasan.
2.      Stress bukan semata-mata ketegangan syaraf.
3.      Stress tidak selamanya berakibat buruk atau merusak. Hubungan antara stress dengan kinerja dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Text Box: Kinerja
 









Gambar 3.13: Hubungan antara stress dengan kinerja

4.      Stress bukan suatu kejadian yang harus dihindari.
5.      Sederhananya, setiap orang tidak akan pernah terhindar sama sekali dari stress, hanya orang yang sudah meninggal dunia yang bisa terhindarkan.

Stress di Tempat Kerja
Kreitner and Kinicki membuat model stress di tempat kerja sebagaimana tampak pada gambar. Secara umum model stress di tempat kerja melibatkan stressor potensial (keterangan gambar 1 sampai 4), proses terjadinya stress (keterangan gambar 5 sampai 7) dan hasil atau akibat dari stress (keterangan gambar 8 sampai 11).

Stressor
 
Hasil
 
 

8
 
9
 
10
 
11
 
 











Ketrangan gambar:
1. Level individu                     7. Strategi mengatasi stress
2. Level kelompok                   8. Sikap kerja
3. Level organisasi                   9. Keprilakuan
4. Level diluar organisasi         10.Kognitif
5. Penilaian kognitif                 11.Fisik
6. Moderator

Gambar 3. 14   : Model stress di tempat kerja
Sumber            : Kreitner and Kinicki, halaman 693

Dalam gambar ditunjukkan bahwa faktor-faktor yang potensial menyebabkan stress (stressor) dapat dikelompokkan menjadi empat (4) yaitu level individu, kelompok, organisasi dan faktor diluar organisasi. Seseorang yang berhadapan dengan salah satu atau keempat faktor ini akan mempersepsi dan menilai apakah faktor-faktor tersebut betul-betul menekan dirinya atau tidak. Penilaian seseorang terhadap stressor tentunya dipengaruhi atau dimoderatori latar belakang individu masing-masing. Selanjutnya, jika menurut dirinya stressor benar-benar menekan dirinya maka orang bersangkutan akan meresponnya dengan berbagai strategi untuk menagatasi stress. Berhasil tidaknya orang tersebut mengatasi stress pada akhirnya akan berpengaruh terhadap aspek-aspek psikologis atau sikap orang bersangkutan, prilaku, aspek kognitif dan atau aspek fisiknya. Uraian berikut akan menjelaskan secara lebih detail masing-masing komponen.

Stressor.
Stressor adalah semua faktor lingkungan yang berada diluar diri seseorang yang berdampak pada timbulnya stress. Atau seperti dikatakan Greenberg and Baron, stressor adalah semua bentuk tuntutan, baik fisiologis maupun psukologis, yang dihadapi seseorang dalam menjalani kehidupannya. Dengan kata lain, stressor adalah sebuah prasyarat terjadinya stress. Untuk mengetahui tingkat stress yang dialami seseorang yang disebabkan karena kejadian-kejadian diluar diri seseorang, Thomas H. Holmes and Richard R. Rahe pada tahun 1967, seperti dimuat pada Journal of Psychomatic Research volume II, membuat daftar kejadian yang menimbulkan stress. Daftar ini kemudian dikenal sebagai Holmes Rahe Stress Scale (baca pada halaman 3.49 dan 3.50).

Penilaian seseorang terhadap stressor
Secara umum penilaian terhadap stressor dibedakan menjadi dua yaitu primary appraisal dan secondary appraisal. Yang dimaksud dengan primary appraisal adalah penilaian seseorang terhadap stressor  yang menghasilkan tiga kemungkinan hasil yakni: stressor dianggap tidak relevan, stressor dianggap positif atau stressor dianggap penyebab stress. Bagi seseorang yang menganggap stressor tidak relevan berarti dia sama sekali tidak terpengaruh oleh stressor. Sementara itu, mereka yang beranggapan bahwa stressor merupakan tuntutan yang positif justru akan menyambut gembira tuntutan tersebut. Bagi kelompok orang ini stress justru memberi kesempatan bagi dirinya untuk berkinerja lebih baik. Terakhir, mereka yang beranggapan bahwa stress memberi dampak negatif bagi dirinya merupakan kelompok yang akan meresponnya dan mencoba mengatasi stress tersebut.
Secondary appraisal yaitu penilaian lanjutan setelah dilakukan penilaian tahap pertama. Meski demikian secondary appraisal tidak akan dilakukan jika pada tahap awal stressor dianggap tidak relevan atau positif. Dengan kata lain, secondary appraisal akan dilakukan jika, dan hanya jika, stressor dianggap sebagai penyebab stress. Dengan demikian pada secondary appraisal dilakukan penilaian terhadap berbagai kemungkinan yang bisa dilakukan untuk mengurangi tingkat stress.

Strategi mengatasi stress (coping strategy)
Strategi mengatasi stress (coping strategy) adalah semua bentuk perilaku dan atau pengetahuan seseorang yang bisa digunakan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stress. Secara umum strategi mengatasi stress bisa dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: (1) strategi mengendalikan stress (control strategy) yaitu upaya yang dilakukan secara langsung untuk mengantisipasi atau mengatasi persoalan stress. (2) strategi menghindari stress (escape strategy) yakni menghindari atau mengabaikan masalah yang menimbulkan stress. Jika anda secara pasif mau menerima situasi yang menimbulkan stress atau anda mengindari konfrontasi secara langsung misalnya dengan karyawan yang sangat menjengkelkan maka upaya anda disebut sebagai escape strategy, (3) strategi mengelola gejala stress (symptom management strategy) adalah upaya mengatasi stress dengan cara melakukan relaksasi, meditasi, atau olahraga.

Moderator
Moderator adalah variabel yang bisa memperkuat atau sebaliknya memperlemah hubungan antara stressor, stress dan dampak dari stress. Seperti telah dijelaskan dimuka, terjadi atau tidaknya stress sangat bergantung penilaian seseorang terhadap stressor. Artinya, stresssor yang sama pada waktu berlainan boleh jadi akan direspon dengan cara yang berbeda oleh orang yang sama. Perbedaan dalam cara merespon stressor tersebut disebabkan karena adanya variabel-variabel lain yang mendukung atau menghambat cara seseorang merespon stresssor.
Tipikal moderator yang bisa menjembatani hubungan antara stressor, stress dan dampaknya, diantaranya adalah.
1.      Dukungan sosial. Yang dimaksud dengan dukungan sosial adalah anggapan seorang karyawan bahwa dirinya memperoleh bantuan – moral dan sosial dalam mengatasi berbagai macam persoalan pekerjaan.
2.      Jenis moderator kedua adalah ketabahan atau keteguhan hati. Stress karena pekerjaan sesungguhnya bisa dinetralisir dengan sekumpulan kepribadian yang disebut hardiness – keteguhan atau ketabahan. Keteguhan atau ketabahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah persepsi atau prilaku terhadap negative stressor menjadi positive stressor atau mengubah lingkungan penyebab stress menjadi lingkungan yang memberi peluang untuk berkembang. Dimensi-dimensi kepribadian yang terkait dengan hardiness adalah komitmen, internal locus of control dan kemauan menerima tantangan.
3.      Jenis moderator ketiga adalah kepribadian Tipe A vs. Tipe B. Karakteristik manusia dengan kepribadian Tipe AA adalah tipikal orang yang memiliki “penyakit segera – hurry sickness” – segera ingin menyelesaikan pekerjaan, segera ingin mengerjakan pekerjaan lain dan kalau perlu dua atau tiga pekerjaan dikerjakan sekaligus, segera ingin melihat hasil kerjanya dan segera segera lainnya. Sebaliknya, orang yang tidak terburu-buru, sedikit agak santai, dan tidak ambisius dikategorikan sebagai orang dengan kepribadian Tipe B.

Manajemen Stress
Mengingat dampak negatif stress sangat besar namun di saat yang sama stress sesungguhnya tidak perlu dihindari atau ditakuti maka langkah terbaik berkaitan dengan stress adalah mengelola stress itu sendiri yang disebut sebagai manajemen stress. Pada dasarnya manajemen stress merupakan upaya sistematis baik upaya yang bersifat proactive maupun reactive untuk mengurangi negative stress. Upaya tersebut bisa dilakukan secara individual maupun or

Tidak ada komentar:

Posting Komentar